
Detik24jam.com Lombok Timur – Kurangnya lapangan pekerjaan di dalam negeri membuat sebagian orang memilih untuk bekerja ke luar negeri sebagai Pekerja Migran. Bahkan jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat.
Bekerja di negara orang dengan budaya dan bahasa yang berbeda, tentu menjadi tantangan tersendiri. Karenanya, pemerintah mengharuskan para calon PMI untuk mengikuti pelatihan sebelum berangkat ke negara tujuan.
Kabupaten Lombok Timur sebagai daerah pengirim PMI terbanyak di provinsi NTB, tentu telah menyiapkan lembaga pelatihan kerja (LPK). Berdasarkan data Disnakertrans Lombok Timur mencatat, pada akhir tahun 2023 terdapat 24 LPK yang 4 diantaranya merupakan lembaga milik pemerintah.
Salah satu lembaga pelatihan yang ada di Lombok Timur adalah LPK Bunda Inggun. Sejatinya lembaga tersebut telah beroperasi sejak tahun 2017, silam. Namun karena tidak memiliki kantor dan tempat pelatihan yang memadai, sehingga lembaga tersebut tidak pernah diresmikan secara formal.
Seiring berjalan waktu, lembaga tersebut semakin besar dengan reputasi yang baik sehingga mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas maupun dari perusahaan penyalur tenaga kerja ke luar negeri.
Kini LPK Bunda Inggun dibawah pimpinan bapak Maryun yang beralamat di Desa Sukarara, Kecamatan Sakra Barat, Lombok Timur diresmikan secara formal pada Sabtu (37/4/2024). Peresmian itu dirangkaikan dengan acara tasyakuran.
“Sebenarnya lembaga ini sudah lama mendapat ijin dan beroperasi, mungkin sekitar tahun 2017. Tetapi karna terbentur covid-19, sehingga peresmian dan tasyakurannya baru kita laksanakan sekarang,” ungkap Maryun di sela-sela acara.
LPK Bunda Inggun, terang Maryun, merupakan lembaga pelatihan khusus untuk calon pekerja informal ke luar negeri dengan negara tujuan seperti, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Taiwan, dan Hongkong.
Terdapat dua program pelatihan yang dijalankan oleh LPK Bunda Inggun. Yakni program pelatihan bahasa dan pelatihan praktik kerja sesuai dengan standar negara penempatan.
“Umumnya untuk housekeeping dan Pembantu Rumah Tangga (PRT), dia kita berikan pelatihan cara kerja dia disana bagaimana dan bahasa apa yang digunakan, itulah yang kita titik beratkan,” terangnya.
Ia mengemukakan, salah satu penyebab terjadinya kasus penderaan dan penyiksaan oleh majikan di negara penempatan adalah akibat rasa kesal terhadap kinerja tak maksimal sang pekerja, selain penyebab lainnya.
Meski tidak menggeneralisir semua kasus yang terjadi akibat non skill sang pekerja, tetapi pengalaman yang pernah ada bahwa sang majikan kerap merasa kesal karena mendapatkan pekerja yang tidak bisa bekerja, ibarat membeli kucing dalam karung.
“Makanya kita di sini harus pelatihan. Kalo tidak pelatihan kita tidak akan berangkatkan. Karna tujuan LPK ini kan untuk meningkatkan skill CPMI sebelum bekerja,” terangnya.
Adapun durasi/masa pelatihan di LPK Bunda Inggun rata-rata 2-3 bulan. Setiap peserta yang dinyatakan lulus oleh penguji dapat dirumahkan, sembari menunggu proses pemberangkatan ke negara penempatan oleh perusahaan penyalur tenaga kerja.
Adapun biaya pelatihan, beber dia, dibayarkan oleh perusahaan penyalur. Untuk satu orang peserta akan dibayarkan Rp. 35 ribu per hari. Jumlah tersebut meliputi biaya pelatihan, makan minum, dan menginap.
Bagi yang telah selesai pelatihan dan dinyatakan lulus, nantinya akan mendapatkan sertifikat kompetensi. Ada dua jenis sertifikat, yakni sertifikat lokal yang dikeluarkan oleh kementerian ketenagakerjaan untuk LPK yang sudah terakreditasi.
Yang kedua adalah sertifikat BNSP. Sertifikat BNSP diberikan kepada peserta pelatihan yang telah dinyatakan lulus Uji Kompetensi (UJK) oleh NSP.
“Sertifikat BNSP itu dikeluarkan berdasarkan hasil uji kompetensi yang dilaksanakan oleh pihak NSP. Nah hasil UJK-nya itulah yang dilaporkan, baru kemudian BNSP mengeluarkan sertifikat,” jelas dia.
“Nah di sini kita mengeluarkan dua sertifikat karna LPK kita sudah terakreditasi, yakni sertifikat lokal dan BNSP,” tandasnya.
Di tempat sama, salah seorang peserta pelatihan asal Lombok Utara kelahiran Medan, Resmi Siregar, mengungkapkan perasaannya selama tiga bulan mengikuti pelatihan di LPK Bunda Inggun.
Menurut pengakuan dia, proses pelatihan dan pembelajaran bahasa di LPK Bunda Inggun tidak membosankan, dimana para instrukturnya memiliki metode mengajar yang bagus dan mengasyikkan.
Terlebih, kata gadis asal Batak ini, LPK Bunda Inggun menyediakan fasilitas belajar mengajar yang memadai, tempat tidur, kamar mandi, dan dapur yang bersih membuat dirinya merasa nyaman dan betah selama mengikuti pelatihan.
“Saya sudah tiga bulan di sini. Alhamdulillah dua hari yang lalu sudah tanda tangan job, tinggal nunggu dari PT aja untuk langsung diberangkatkan,” bebernya singkat.
(Purnomo)
Berita Sebelumnya..
Kapolri Ajak Mahasiswa Jaga Persatuan hingga Dukung Program Pemerintah
Unit Intel Kodim 0306/50 Kota Dan Anggota Tim Intel Korem 032/WBR Amankan Terduga Pengedar Narkoba di Sarilamak
Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro, S.H., S.I.K., M.H. Mendengarkan Keluhan Warga Dalam Mencari Solusi, Melalui Jumat Curhat